Jumat, 03 Oktober 2014

Review Sweet Winter






Judul                  : Sweet Winter
Penulis               : Kezia Evi Wiadji
Desainer Kover  : SAS Studio
Penata isi            : Phiy
Penerbit              : Grasindo
Cetakan              : 2014
Jumlah halaman : 207 halaman
ISBN                    : 978-602-251-651-4


Matthew
Aku berharap, takdir yang mempertemukan kita di sini dapat memperbaiki kesalahanku
Karin
Oh Tuhan, kenapa kami harus bertemu jika akhirnya harus kembali berpisah?!
..
Karin dan Matthew, dua sahabat yang saling mencintai.
Tetapi takdir mempermainkan mereka
Layaknya dua layang- layang yang meliuk- liuk di langit.
Akankah merka bersatu,
Jika wedding song telah mengalun lembut
dan
salah satu dari mereka harus berjalan menuju altar
untuk mengucapkan sumpah setianya?

 Semua berawal dari kepindahan Matthew dan keluarganya, rumah barunya tepat berada di depan rumah Karin. Matthew dan Karin, menjadi akrab karena ternyata mereka juga berada di Kelas dan Sekolah yang sama. Berangkat ke Sekolah bersama, bermain bersama, hingga akhirnya membuat mereka seolah tak bersekat; sahabat karib.
 Hingga akhirnya, datang Silvia ke dalam lingkaran persahabatan mereka, dan membuat Karin ketar- ketir, dan membuatnya hatinya bertanya yang ia rasakan adalah jatuh cinta atau rasa apa. Karin mengambil langkah untuk mengerjai Silvia, tanpa disangka hal itu malah membuat hubungan Matthew dan Karin merenggang.
 Bak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula dada Karin bertambah sesak karena kejadian yang membuatnya harus berpisah dengan Matthew. Tahun demi tahun berlalu, Karin melakukan perjalanan ke Korea Selatan, namun tepat saat ia berada di Bandara Incheon Seoul, seseorang memanggilnya...
 Oh, Tuhan....
Tubuh Karin seketika membeku dan wajahnya memucat.


__

Membaca novel ini, saya sempat berpikiran Duh.. cerita tentang sahabat yang jadi cinta lagi nih. Mainstream.

Namun, saya tetap membacanya karena saya sendiri suka dengan cara bertutur dari Kezia Evi Wiadji dibeberapa novelnya seperti I Am Yours, You Are Invited, dan Kimmy Puzzle.

 Novel bergenre seperti ini, bukan lagi hal baru, sudah banyak sekali yang menawarkan cerita serupa. Menawarkan dilema yang dirasakan dua orang sahabat yang saling jatuh cinta. Namun, menurut saya penulis yang hebat adalah penulis yang mampu membuat alur cerita menjadi menyenangkan dan membuat pembaca lupa dan diakhir novel pembaca mampu berpikir bahwa eh, padahal kisahnya mainstream, tapi kok bisa keren ya

 Nah, hal itulah yang saya temukan pada novel ini.
 Kezia Evi mampu menghadirkan kisah masa kecil Karin dan Matthew, menyelami persahabatan mereka, pertengkaran- pertengkaran mereka, dan merasakan hangat dari persahabatan mereka berdua, apalagi ucapan Good Night di jendela masing- masing sebelum tidur. 

  Selain diajak untuk merasakan kehangatan persahataban mereka berdua, kita juga akan diajak untuk merasakan kegetiran hidup Matthew dan Silvia, serta dilema- dilema yang membuat Karin gelisah, dan membuatnya harus memilih.

Dekat namun tak bisa memiliki. Rasanya sungguh menyakitkan.

 Karena hidup adalah tentang memilih, dan semua pilihan punya konsekuensinya masing- masing.
 EITSS, novel ini nggak paketan sedih dan nyesek, banyak juga bagian- bagian yang mampu membuat saya tertawa, terutama saat bercerita tentang Karin yang marah besar kepada Matthew, karena Karin mengira bahwa Matthew telah mencuri kecebongnya, tapi ternyata..... oh ternyataa =)))))))))))
 *masih ngakak kalau ingat bagian itu*  =)))))

Tapi, tentulah tak ada yang benar- benar sempurna. Karena, menurut saya ada bagian yang terkesan dipaksakan atau boleh dibilangsinetron banget terutama saat menjelang ending.
Diluar itu semua, saya juga suka penggambaran Kezia Evi saat Karin berada di Korea..
Dan saya meminta kepada kak Kezia Evi untuk bertanggung jawab karena membuat saya ngiler pengen ke Cheonggyecheon Stream dan Nami Island :))




Nami Island













 Cheonggyecheon Stream







=))))

*bercanda kak Evi* =))

Diakhir, ada kutipan ini yang rasanya ngena banget, yaitu:

Kadang kala aku berharap bisa kembli ke masa SMA

Yep. Kutipan di atas 99% pastilah pernah terlintas pada benak masing- masing orang, ingin hilang dari rutinitas orang dewasa dan kembali pada sekumpulan PR, ulangan, namun tetap bahagia melalui canda tawa yang setiap harinya dirasakan bersama teman- teman kelas.

Overall, untuk rating: 4/5.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar