Judul
: Sweet Winter
Penulis : Kezia Evi Wiadji
Desainer Kover :
SAS Studio
Penata isi
: Phiy
Penerbit : Grasindo
Cetakan : 2014
Jumlah halaman : 207 halaman
ISBN : 978-602-251-651-4
Matthew
Aku berharap, takdir yang
mempertemukan kita di sini dapat memperbaiki kesalahanku
Karin
Oh Tuhan, kenapa kami harus bertemu
jika akhirnya harus kembali berpisah?!
..
Karin dan Matthew, dua sahabat yang
saling mencintai.
Tetapi takdir mempermainkan mereka
Layaknya dua layang- layang yang
meliuk- liuk di langit.
Akankah merka bersatu,
Jika wedding song telah mengalun
lembut
dan
salah satu dari mereka harus
berjalan menuju altar
untuk mengucapkan sumpah setianya?
Semua berawal dari kepindahan Matthew dan
keluarganya, rumah barunya tepat berada di depan rumah Karin. Matthew dan
Karin, menjadi akrab karena ternyata mereka juga berada di Kelas dan Sekolah
yang sama. Berangkat ke Sekolah bersama, bermain bersama, hingga akhirnya
membuat mereka seolah tak bersekat; sahabat karib.
Hingga akhirnya, datang Silvia ke dalam
lingkaran persahabatan mereka, dan membuat Karin ketar- ketir, dan membuatnya
hatinya bertanya yang ia rasakan adalah jatuh cinta atau rasa apa. Karin
mengambil langkah untuk mengerjai Silvia, tanpa disangka hal itu malah membuat
hubungan Matthew dan Karin merenggang.
Bak pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga pula” dada
Karin bertambah sesak karena kejadian yang membuatnya harus berpisah dengan
Matthew. Tahun demi tahun berlalu, Karin melakukan perjalanan ke Korea Selatan,
namun tepat saat ia berada di Bandara Incheon Seoul, seseorang memanggilnya...
“Oh, Tuhan....”
Tubuh Karin
seketika membeku dan wajahnya memucat.
__
Membaca
novel ini, saya sempat berpikiran “Duh.. cerita tentang sahabat yang jadi
cinta lagi nih. Mainstream.”
Namun, saya
tetap membacanya karena saya sendiri suka dengan cara bertutur dari Kezia Evi
Wiadji dibeberapa novelnya seperti I Am Yours, You Are Invited, dan Kimmy
Puzzle.
Novel bergenre seperti ini, bukan lagi hal
baru, sudah banyak sekali yang menawarkan cerita serupa. Menawarkan dilema yang
dirasakan dua orang sahabat yang saling jatuh cinta. Namun, menurut saya
penulis yang hebat adalah penulis yang mampu membuat alur cerita menjadi
menyenangkan dan membuat pembaca lupa dan diakhir novel pembaca mampu berpikir
bahwa “eh,
padahal kisahnya mainstream, tapi kok bisa keren ya”
Nah, hal itulah yang saya temukan pada novel
ini.
Kezia Evi mampu menghadirkan kisah masa kecil
Karin dan Matthew, menyelami persahabatan mereka, pertengkaran- pertengkaran
mereka, dan merasakan hangat dari persahabatan mereka berdua, apalagi ucapan “Good
Night”
di jendela masing- masing sebelum tidur.
Selain diajak untuk merasakan kehangatan
persahataban mereka berdua, kita juga akan diajak untuk merasakan kegetiran
hidup Matthew dan Silvia, serta dilema- dilema yang membuat Karin gelisah, dan
membuatnya harus memilih.
“Dekat
namun tak bisa memiliki. Rasanya sungguh menyakitkan.”
Karena hidup adalah tentang memilih, dan semua
pilihan punya konsekuensinya masing- masing.
EITSS, novel ini nggak “paketan
sedih dan nyesek”,
banyak juga bagian- bagian yang mampu membuat saya tertawa, terutama saat
bercerita tentang Karin yang marah besar kepada Matthew, karena Karin mengira
bahwa Matthew telah mencuri kecebongnya, tapi ternyata..... oh ternyataa
=)))))))))))
*masih ngakak kalau ingat bagian itu* =)))))
Tapi,
tentulah tak ada yang benar- benar sempurna. Karena, menurut saya ada bagian
yang terkesan dipaksakan atau boleh dibilang“sinetron banget”
terutama saat menjelang
ending.
Diluar itu
semua, saya juga suka penggambaran Kezia Evi saat Karin berada
di Korea..
Dan saya
meminta kepada kak Kezia Evi untuk bertanggung jawab karena membuat saya ngiler
pengen ke Cheonggyecheon Stream dan Nami Island :))
Nami Island
Cheonggyecheon Stream
=))))
*bercanda
kak Evi* =))
Diakhir,
ada kutipan ini yang rasanya ngena banget, yaitu:
“Kadang
kala aku berharap bisa kembli ke masa SMA”
Yep.
Kutipan di atas 99% pastilah pernah terlintas pada benak masing- masing orang,
ingin hilang dari rutinitas orang “dewasa” dan kembali pada sekumpulan PR,
ulangan, namun tetap bahagia melalui canda tawa yang setiap harinya dirasakan
bersama teman- teman kelas.
Overall,
untuk rating: 4/5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar