Editor : Herlina P. Dewi
Jumlah Halaman: 277 halaman
Cetakan : Juni, 2014
ISBN : 978-602-7572-28-7
Jumlah Halaman: 277 halaman
Cetakan : Juni, 2014
ISBN : 978-602-7572-28-7
"Ternyata
bukan tentang waktu. Bukan juga tentang masa lalu. Ini tentang menemukan orang
yang paling tepat untuk hidupmu."
Luisa dan Raka, dipersatukan oleh luka.
Luisa yang patah hati setelah ditinggal Hans, memilih
menghabiskan waktunya di kantor sampai malam. Bekerja tak kenal lelah. Siapa
sangka, ternyata bos di kantornya juga baru putus cinta. Mereka sama-sama
mencari pelarian. Mengisi waktu-waktu lengang selepas jam lembur dengan
menyusuri jalan-jalan padat ibu kota. Berdua. Membagi luka dan kecewa.
Antara bertahan pada kenangan, atau membiarkan waktu
yang menyembuhkan. Baik Luisa ataupun Raka membiarkan hubungan mereka berjalan
apa adanya. Hubungan yang dewasa tanpa ungkapan cinta. Mungkin rasa aman dan
nyaman bersama kenangan, membuat Luisa dan Raka malas menyesap rasa baru dalam
hubungan mereka.
Namun, bagaimana jika seiring berjalannya waktu, Raka
mulai benar-benar jatuh cinta ketika Luisa justru sedang berpikir untuk kembali
kepada Hans? Ternyata bukan tentang waktu. Bukan juga tentang masa lalu. Ini
tentang menemukan orang yang paling tepat untuk hidupmu.
Hans memutuskan hubungan mereka, tentu itu menjadi
pukulan telak bagi Luisa. Hubungan yang telah dibangun 4 tahun lamanya, kandas
begitu saja, ketika Hans dengan seenaknya mengeluarkan kata Putus karena jenuh.
Sementara Raka, ditinggalkan oleh Saskia, yang lebih
memilih untuk hidup bersama Bruce, seorang pria yang lebih dewasa dan mapan.
Hal itu tak mengubah perasaan Raka pada Saskia. Kendati telah putus, Raka dan
Saskia tetap bermesraan, walaupun Raka pada akhirnya sering menanyakan
kejelasan hubungan mereka berdua, namun Saskia dengan lihai membuat Raka bungkam
dengan memberinya sebuah “hadiah istimewa”.
Bekerja di
Kantor yang sama membuat Luisa dan Raka menjadi lebih dekat, bermula dari Raka
yang meminta Luisa membaca tulisan tangan, menolong Luisa yang tengah mengalami
sakit perut luar biasa, yang akhirnya berujung pada rutinitas makan malam
sepulang kantor.
Rutinitas itu
menimbulkan rasa nyaman satu sama lain, hingga akhirnya Raka dan Luisa menjalin
sebuah hubungan.
Namun, tentu
sebuah hubungan tak akan pernah mulus, tak akan datang bahagia begitu saja. Datang
Saskia ke dalam lingkaran hubungan Raka dan Luisa, melihat Saskia, Luisa merasa
ibarat gadis kampung, tak layak bersaing dengan sosok Saskia yang bak model
kelas atas. Hingga akhirnya “kesempurnaan” Saskia membuat Luisa menyerah,
ditambah lagi sikap Raka yang terkesan berdiam diri.
Semua menjadi
rumit lagi, tatkala Hans datang dan membuat Saskia sadar bahwa Hans benar-
benar mencintai Luisa dengan tulus.. Tapi, mampukah Luisa mengeyahkan kenangan
bahwa Hans dulu pernah mengkhianatinya?
“Kata
orang, kalau sudah sekali selingkuh, seterusnya jadi kebiasaan. Ada kemungkinan
dia bakal selingkuh lagi.”
Pada
akhirnya, hati hanya mampu menampung seorang saja, dan.. Luisa harus memilih, Raka
yang telah begitu banyak berkorban untuknya ataukah pada Hans yang dulunya
begitu ia cintai?
---
Saya membaca
novel ini kurang lebih tiga jam lamanya, novelnya sangat mudah untuk dinikmati
walaupun dihiasi oleh konflik- konflik yang mengajak kita untuk membuka kembali
luka masa lalu dan membuat kita merenung tentang penting atau tidaknya masa
lalu dari orang yang kita cintai.
“Tapi masa lalumu dan kamu, menjadi satu, Ka.
Masa lalumu adalah bagian dari hidupmu. Kalau saja aku bisa memiliki kamu tanpa
masa lalumu. Atau kalau saja masa lalumu tak selalu muncul dalam hidupmu. Tapi,
apakah benar kamu sudah bebas dari masa lalumu, Ka? Dan yakin tak akan kembali?
Mungkin aku hanya seorang gadis bodoh yang masih dihantui masa lalu. Masa lalu
kamu, dan masa laluku sendiri.Selama
masih ada dia, mondar- mandir di depan hidungku, aku nggak sanggup...
menjalin hubungan apa pun dengan kamu”
Tak pernah
mudah memang untuk benar- benar melupakan masa lalu, bahkan kadang hal itu
hampir mustahil untuk dilakukan. Hal itulah yang terkadang menjadi batu
hadangan untuk membangun hubungan yang serius. Beberapa orang atau mungkin
hampir semuanya tak pernah mau untuk membangun sebuah hubungan dengan seseorang
yang masih terikat dengan masa lalunya.
"Menurutku, nggak ada gunanya berusaha meraih kembali orang yang udah jelas-jelas nggak mau sama kita lagi.''
Novel ini
bukanlah novel yang membuat saya harus mengucapkan wah, wow, dan sejenisnya.
Dian Mariani menyajikan cerita yang bukanlah hal baru, sederhana dan klise. Bos
yang jatuh cinta kepada bawahan, datang mantan dari masing- masing pihak, dan
bla- bla- bla.
Namun, ada
banyak hal yang membuat tak ingin memberikan jeda saat membaca novel ini.
Saya
dibuat jatuh cinta kepada gaya penulisan Dian Mariani yang tak bertele- tele, sehingga
membuat saya tak ingin memberikan jeda saat membaca novel ini.
Dian Mariani
juga mampu menghadirkan dialog- dialog antara Raka, Luisa, Hans dan Saskia
dengan cukup baik, namun sepertinya untuk menggambarkan tokoh- tokohnya Dian
Mariani masih kurang dalam memberikan detailnya.
Oh iya, untuk
masalah tokoh, saya dengan senang hati akan memilih Saskia sebagai tokoh yang membuat
saya cukup kagum. Saya suka bagaimana Dian menghadirkan Saskia sebagai sosok
yang akan membuat pembaca geregetan, wanita yang hanya mampu mengandalkan
kecantikan fisiknya, wanita yang merasa bahwa ia mampu memiliki segalanya.
“Dia
mungkin akan pakai cara yang lain,”
“Cara
apa?”
“Untuk
misahin kamu dari aku.”
“Dia
segitu cintanya sama kamu?”
“Bukan
cinta, Sa. Dia perlu pembuktian bahwa dia nggak bisa ditolak. Her Pride.”
Buat cewek-
cewek sepertinya selain akan emosi berat dengan Saskia, kalian pasti juga akan
kesal pada sosok Hans. Bagaimana tidak, setelah semua pesan dan telepon Luisa
tak terbalas, tiba- tiba hubungan yang sudah dibangun bertahun- tahun, sudah
merencanakan masa depan bersama, dengan seenaknya Hans memutuskan hubungan
dengan Luisa----- hal itu masih mending, tapi saya benar- benar dibuat heran
dengan cara Hans memutuskan Luisa, Hans memutuskan Luisa melalui email... email
sodara- sodara!!!!
“So sorry. Sebaiknya
hubungan kita sampai di sini aja. Lebih baik kalau kita berpisah, karena aku
merasa hubungan kita mulai terasa nggak nyaman”
Tidak nyaman apanya? Rasa nyaman bagaiana
yang dia cari? Kalau nggak nyaman, kok bisa dia bertahan sampai empat tahun?
Bagian dimana
Raka memberi “skak mat” kepada Luisa juga benar- benar terasa nyes, saya suka
dialog Raka pada bagian ini, mampu membuat pembaca merenung tentang masa lalu
yang sering dipermasalahkan dalam sebuah hubungan.
Raka mengangkat ranselnya. “Kamu lebih
penting dari masa lalu kamu.”
Raka membuka pintu rumah, lalu mengenakan
sepatunya. Membuka pintu pagar lalu menutupnya kembali.
“Dan perihal harga diri.... Aku sudah lari
meninggalkan masa lalu. Tapi kamu?” Raka berbalik dan melangkah. Meninggalkan
Luisa yang tertegun.
Pernyataan Raka pada halaman 117 juga cukup nyes, gaes!
"Tapi ... dia bisa memberikan segalanya buat kamu. Dia udah begitu mengenal kamu. Ah, dia hebat! Tidak seperti aku.''
"Iya, dia hebat di ranjang. Sayangnya, hidup itu nggak cuma di atas ranjang."
Luisa terdiam.
Selain itu,
hadirnya kata- kata Luisa dalam bentuk tweet dalam novel ini juga patut
diacungi jempol. Saya bagaimana Luisa menuangkan perasaannya dalam sosial media
140 karakter itu. Puitis.
“Semoga rindu ini tidak semu, kalau sendu saja
tak apa.”
“Kamu, hanya angan atau kenyataan?”
“Kamu itu candu. Melupakanmu, mana bisa aku?”
Tapi, saya sebenarnya
kurang sreg dengan penyajian tweet tersebut, kata- katanya boleh puitis namun
saya rasa font yang digunakan terasa tidak pas dan jarak antara satu tweet
dengan tweet lainnya terkesan tidak beraturan #OkeIniHanyaMasalahSelera =)))
Ada beberapa
kutipan yang cukup menohok, cielah menohok =)))
1. “Hidup
itu susah, Pak. Bacaan itu gunanya untuk menghibur. Kalau novelnya sad ending,
bisa kepikiran”
2. “Mengharapkan
orang yang tak lagi menginginkan kita, sangat menyakitkan”
3. “He
was fool for letting you go.”
4. “Tak
ada yang bisa mencegah dia muncul di hadapan kita. Masa lalumu sudah terjadi,
dan itu bukan salahmu. Tak ada yang bisa menghapus masa lalumu. Bukan salahmu
kalau dia masih begitu menginginkanmu.”
Sepertinya
review ini udah terlalu panjang =)) diakhir review, novel ini sangat cocok buat
kalian yang masih dihadapkan pada pilihan- pilihan tentang seseorang yang
pernah singgah di hatimu atau seseorang yang membantumu melupakan masa lalumu.
Penulis menyajikannya dengan sangat sederhana, jadi kalian tak akan “pusing-
pusing sendiri” =))
Overall, 4/5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar