Selasa, 06 Januari 2015

Tahun Baru



 



 PictSource:
imgarcade.com



 Tahun baru selalu melahirkan sebuah kisah yang baru. 

 Yah, aku menyadari itu.

 Tahun Baru bukan semata- mata pergantian angka. Tapi, bagiku tahun baru adalah perkara berkumpul, dan menghabiskan waktu bersama orang- orang yang aku sayangi. 

 Aku mencintai tahun baru, waktu dimana aku akan bebas minum bergelas- gelas Wine, bergoyang bersama temaramnya lampu, dan pulang ke Rumah sesaat sebelum surya meninggi.

 Diantara tiga kegiatan di atas, yang tentunya paling aku cintai adalah saat ketika aku bebas berpacaran dengan aroma- aroma wine yang begitu memabukkan. Dan, aku semakin jatuh cinta lagi pada Wine, karena pria itu. Pria yang akhirnya kukenal bernama Semesta.

 Semesta mengatakan bahwa meminum Wine sama artinya dengan minum sejarah. Aku masih ingat bagaimana dia mengatakannya, tampangnya serius, alis matanya tajam seolah saling bertautan satu sama lain, dia mengatakannya seolah dia adalah manusia paling paling pintar di dunia ini. Ia lalu melanjutkan tentang filosofi dibalik minuman yang memabukkan itu.

 Ia tak tahu saja, bahwa aku sudah pernah mendengar itu semua. Aku juga pernah membacanya di perpustakaan kampus. Tapi.. aku membiarkannya larut dalam cerita, dan entah mengapa aku senang sekali menatapnya.

 Kau pernah jatuh cinta pada seseorang yang baru saja kau temui? Sebelumnya aku berpikiran bahwa itu adalah sebuah tindakan yang bodoh, bagaimana mungkin perasaan cinta tiba- tiba tumbuh dalam sekejap saja? Ya, awalnya aku berpikiran seperti itu, namun Semesta hadir dan membuyarkan segalanya. Aku sempat bingung, apa benar ini cinta, entahlah tetapi saat dia di dekatku, bercerita tentang wine- wine yang memabukkan, aku menikmatinya, aku merasa bebas tertawa lepas di dekatnya, aroma wine yang keluar dari mulutnya memabukkan, dan ada kupu- kupu yang terus beterbangan di perutku tatkala ia baru saja mencuri- mencuri kesempatan mencium bibirku dalam temaramnya lampu.
 ..


 5 Tahun berlalu,

 Semesta memang selalu punya cara untuk mengejutkan manusianya.

 Tahun baru tak pernah lagi ada wine yang memabukkan.

 Tak ada lagi temaramnya lampu diskotik.

 Tahun Baru yang baru,

“Ma, kita kapan ya bisa tahun baruan bareng papa?”

 Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaan putriku.

Sabar sayang, semesta itu pengecut. “Aku Hamil.” Dan ia pergi begitu saja, dan tak kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar