PictSource:
imgarcade.com
imgarcade.com
Tahun baru
selalu melahirkan sebuah kisah yang baru.
Yah, aku
menyadari itu.
Tahun Baru
bukan semata- mata pergantian angka. Tapi, bagiku tahun baru adalah perkara
berkumpul, dan menghabiskan waktu bersama orang- orang yang aku sayangi.
Aku mencintai
tahun baru, waktu dimana aku akan bebas minum bergelas- gelas Wine, bergoyang
bersama temaramnya lampu, dan pulang ke Rumah sesaat sebelum surya meninggi.
Diantara tiga
kegiatan di atas, yang tentunya paling aku cintai adalah saat ketika aku bebas
berpacaran dengan aroma- aroma wine yang begitu memabukkan. Dan, aku semakin
jatuh cinta lagi pada Wine, karena pria itu. Pria yang akhirnya kukenal bernama
Semesta.
Semesta
mengatakan bahwa meminum Wine sama artinya dengan minum sejarah. Aku masih
ingat bagaimana dia mengatakannya, tampangnya serius, alis matanya tajam seolah
saling bertautan satu sama lain, dia mengatakannya seolah dia adalah manusia paling
paling pintar di dunia ini. Ia lalu melanjutkan tentang filosofi dibalik
minuman yang memabukkan itu.
Ia tak tahu
saja, bahwa aku sudah pernah mendengar itu semua. Aku juga pernah membacanya di
perpustakaan kampus. Tapi.. aku membiarkannya larut dalam cerita, dan entah mengapa
aku senang sekali menatapnya.
Kau pernah
jatuh cinta pada seseorang yang baru saja kau temui? Sebelumnya aku berpikiran
bahwa itu adalah sebuah tindakan yang bodoh, bagaimana mungkin perasaan cinta
tiba- tiba tumbuh dalam sekejap saja? Ya, awalnya aku berpikiran seperti itu,
namun Semesta hadir dan membuyarkan segalanya. Aku sempat bingung, apa benar
ini cinta, entahlah tetapi saat dia di dekatku, bercerita tentang wine- wine
yang memabukkan, aku menikmatinya, aku merasa bebas tertawa lepas di dekatnya,
aroma wine yang keluar dari mulutnya memabukkan, dan ada kupu- kupu yang terus
beterbangan di perutku tatkala ia baru saja mencuri- mencuri kesempatan mencium
bibirku dalam temaramnya lampu.
..
5 Tahun
berlalu,
Semesta
memang selalu punya cara untuk mengejutkan manusianya.
Tahun baru
tak pernah lagi ada wine yang memabukkan.
Tak ada lagi
temaramnya lampu diskotik.
Tahun Baru
yang baru,
“Ma, kita kapan ya bisa tahun baruan bareng papa?”
Aku tersenyum
kecut mendengar pertanyaan putriku.
Sabar
sayang, semesta itu pengecut. “Aku Hamil.” Dan ia pergi begitu saja, dan tak
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar