Aku menyandarkan diri di kursi tepat disamping jendela sembari melihat beberapa bulir hujan yang menempel bersama embun dikaca jendela.Suasana hujan seperti ini membuat perasaan seperti kaset yang bisa memutar kenangan masa lalu,bau tanah yang beda dari biasanya menjadi perpaduan yang khas untuk suasana seperti ini.Dingin.Persis seperti sikapmu.
Aku menarik nafas sejenak,Aku masih cinta,dan mungkin kamu hanya menganggapku debu yang
kerap kali menempel dibawah sepatumu.Aku menarik kembali nafasku,tak kusadari ternyata ada
air bening yang membentuk lembah dipipiku.,ini masih karena kamu.Selalu saja tentangmu.
Kusesap secangkir kopi yang tadi aku seduh,kehilangan dirimu masih saja menjadi luka yang
terlalu dalam untuk kuhapus,dibaluti tangis yang selalu membuatnya menjadi semakin
perih.Mungkin aku yang terlalu naïf,terlalu berharap ini bukan mimpi buruk, sepertinya ini
memang bukan mimpi buruk,Tapi kenyataan pahit.
Hidup ini memang terlalu perih,aku beberapa kali mencoba untuk percaya bahwa kamu mungkin
tidak pernah benar-benar ingin menyakitiku.Ya,selalu mencoba percaya....Tapi..aku sadar kamu
tidak pernah lagi membuatku tersenyum...tidak lagi membuatku tertawa..tapi
membuatku...menangis
Cerita kita lalu bertemu,sutrdaranya mengarahkan kau meninggalkanku,dan aku dibuat sebisa
mungkin untuk kuat.ya kuat diatas kerapuhan.
Sayang,jalan kita tidak bersimpangan,jalan yang membawamu ke pelukannya bukan ke
pelukanku,meski sampai sekarang aku masih mengharapkanmu datang dan mau terlelap
dibahuku.sejenak saja.
Lamunanku buyar..
Seseorang muncul dibalik pintu.
“Sayang,hari ini jadikan fitting baju pengantinnya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar