Judul
: Seribu Kerinduan
Pengarang : Herlina P. Dewi
Penerbit : Stiletto Book
Pengarang : Herlina P. Dewi
Penerbit : Stiletto Book
Editor
: Paul Agus Hariyanto
Jumlah Halaman: 241 Halaman
Cetakan : November, 2013
ISBN : 978-602-7572-19-5
Jumlah Halaman: 241 Halaman
Cetakan : November, 2013
ISBN : 978-602-7572-19-5
“Sudah
jangan lagi kamu menghakimiku. Jangan lagi kamu memperolokku. Percuma saja. Aku
sudah tak bisa merasakan apa- apa lagi, kecuali rasa kebas ini. Dan sekarang,
biarlah kehidupan memilihkan jalan untukku. Menjadi pelacur.”
Renata,
seorang fashion editor dengan karier cemerlang di Kantornya, harus pasrah pada
keadaan. Setelah berpisah dengan Panji, lelaki yang sudah dipacari selama empat
tahun karena perjodohan biadab itu, dia pergi ke semua tempat yang pernah
mereka singgahi untuk menelusuri jejak- jejak kebersamaan. Hidup menjadi sangat
membosankan baginya karena hari- harinya kini hanya dihabiskan untuk mengenang
Panji. Dia pun lantas memilih menjadi pelacur, karena dengan profesi barunya
itu, dia kembali merasa dicintai, dihargai, dibutuhkan, dan disanjung.
Namun, ia
sadar, menjadi pelacur hanyalah sebuah persinggahan sebelum dia benar- benar
melanjutkan hidup sesuai dengan keinginannya. Lantas, kehidupan seperti apa
yang sebenarnya ingin dijalaninya? Tanpa Panji? Bisakah?
--
Renata, perempuan berparas cantik yang bekerja
sebagai Fashion Editor pada majalah terkenal. Selain karir yang cemerlang, ia
juga mempunyai Panji, sosok yang kaya, tampan, dan mencintainya sepenuh hati. Namun,
hidup selalu punya celah untuk membuatmu jatuh agar kau belajar agar dapat
berjalan lebih kuat lagi.
Hubungannya
dengan Panji, lelaki yang telah bersamanya selama 4 tahun terakhir, terpaksa usai
karena vonis Perjodohan. Orangtua Panji yang otoriter, terlalu memaksa Panji untuk mencari seorang
wanita yang “kelasnya” setara dengan mereka. Dan, Ibu Panji berpikir bahwa Renata
bukanlah calonnya. Renata tak memiliki bibit, bebet dan bobot untuk bisa
bersanding dengan Panji.
Tentu, Panji
menolak dengan keras. Berbagai upaya ia lakukan agar bisa membuat Ibunya yakin,
namun sebuah perjuangan punya titik jenuhnya sendiri, akhirnya Panji memilih
untuk menyerah, dan setuju mengikat janji suci dengan Ayu.
Kabar
pernikahan, Panji dan Ayu, tentu membuat hidup Renata jungkir balik,
pekerjaannya di Kantor menjadi amburadul dan membuatnya harus menerima
kenyataan bahwa ia telah dipecat karena beberapa kesalahan fatal yang ia
perbuat.
Hidup Renata
menjadi hancur, kisah cinta yang kandas dan pekerjaan yang lepas. Hingga
akhirnya, membuat ia memilih memberikan jeda bagi lukanya agar tidak terasa
terlalu perih. Pertemuannya dengan Dion di Klab Malam, membuat semuanya
berubah, Hidup menyajikan sesuatu yang Renata harus jalani.
Melacur.
--
Awal membaca
novel ini saya sudah berekspektasi tinggi, hal itu dikarenakan dari beberapa
novel stiletto yang saya baca, semuanya berkesan. Apalagi novel Seribu
Kerinduan, sudah membuat saya harus bilang “WOW” karena covernya yang benar-
benar keren, menggambarkan kesenduan, kehilangan, luka.
Herlina P.
Dewi menyajikan novel Seribu Kerinduan dengan apik, mengajak pembaca menyelami
hati Renata, disajikan dengan alur maju yang diselipkan beberapa flashback.
Saya kesal
dengan sikap Renata, yang menjadikan pelacuran sebagai tempat dimana ia dapat
meraup uang setelah dipecat, padahal dengan wajah yang cantik, otak yang
cerdas, dan pengalaman bekerja di salah satu majalah terkenal, menurutku tak
akan susah baginya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan.
“Jika seorang wanita merenung dan tiba- tiba
menangis, artinya dia sedang mengingat seseorang.”
Namun, Penulis
menyajikan sudut pandang yang lain. Penulis mengajak kita menyelami hati
Renata, mengajak kita untuk merenungkan kembali, bahwa patah hati bukan perkara
mudah dilalui bagi setiap orang, dan setiap orang akan selalu punya caranya
sendiri untuk menyembuhkannya.
Penggambaran
hati Renata, benar- benar terasa, kita diajak jungkir balik bersama, merasakan
sesaknya semua penderitaan Renata. Beberapa bagian membuat saya dengan senang
hati membacanya berulang kali, terutama pada bagian tentang pandangan Renata
tentang dunia pelacuran dan bagaimana ia memberikan “skak matt” pada Dion di
halaman 176..
“... Terus, kalau nanti calon suami gue tahu
gue pernah jadi pelacur gimana? Terus, lo nggak tahu kan perasaan malu gue ke
Tuhan setiap kali gue pengin berdoa dan salat? Nggak seenak apa yang lo pikirin
Dion.... Hidup nggak cuma sekadar urusan uang.”
Pada halaman
176 itu, penulis (lagi-lagi) berhasil memberikan sebuah sudut pandang yang
lain, sudut pandang dari Renata yang berhasil membuat saya terenyuh, dan
merenungkan beberapa kejadian dalam hidup yang membuat saya dengan seenaknya
menghakimi orang lain.
Gaya
penceritaan penulis sederhana, namun meninggalkan kesan yang dalam, saya
menyukai bagaimana penulis mendeskripsikan beberapa tempat dengan sangat detail,
sehingga membuat pembaca yang belum pernah kesana, bisa merasakannya.
Salah satu bagian yang cukup istimewa, adalah
perjumpaan (kembali) Panji dan Renata. Namun, sayang setelah bagian itu penulis
seolah tengah mengikuti perlombaan lari agar secepat mungkin mencapai garis
finish, sehingga membuat endingnya menjadi tidak terlalu “sreg” dan membuat
saya berpikir sejenak
“semudah
itukah, Renata?”
. Mungkin, akan lebih baik jika setelah pertemuan
itu penulis menjabarkan kembali tentang perasaan Renata, mengajak pembaca
menyelami lebih dalam tentang dilema- dilema yang akhirnya harus ia hadapi.
Tapi, secara
keseluruhan, Seribu Kerinduan adalah novel yang sangat asik untuk dibaca.
Banyak pelajaran yang mampu kita petik di dalamnya, seperti untuk tidak
memandang hidup dengan sebelah mata.
“Sometimes we need stop blaming the past and
start creating the future.”
Btw, buat yang gampang nangis, disarankan
untuk menyediakan sekotak tissu saat membacanya, Penulis pinter banget mengolah
emosi- emosi yang ada dalam novel ini.
Kutipan yang menarik:
1. Life
must go on. Perut lapar, dan tak ada yang gratis di dunia ini.
2. Siapa
yang bisa menolak ketika kita sudah mulai mencintai seseorang
3. Jangan
nyalahin siapa- siapa. Waktu akan nyembuhin
4. Cinta
merupakan kekuatan yang tak akan pernah bisa ditundukkan. Kalau kita berusaha
mengendalikannya, cinta akan menghancurkan kita.
Overall, 4/5